Pages

Kamis, 07 April 2011

Modernisasi Pertanian

 Samin (Saminisme) disebarkan oleh Samin Surosentiko (1859-1914).Ajaran
saminisme adalah sebuah konsep penolakan terhadap budaya kolonial Belanda dan penolakanterhadap kapitalisme yang muncul pada masa penjajahan Belanda abad ke-19 di Indonesia.Sebagai gerakan yang cukup besar Saminisme tumbuh sebagai perjuangan melawankesewenangan Belanda yang merampas tanah-tanah dan digunakan untuk perluasan hutan jati.
            Masyarakat Samin tersebar pertama kali di daerah Klopoduwur,Blora,Jawa Tengah. Samin berkembang di dua desa hutan kawasan Randublatung,Kabupaten Bojonegoro,Jawa Timur.Gerakan ini lantas dengan cepat menjalar ke desa-desa lainnya,mulai dari pantai utara Jawa sampai ke seputar hutan di Pegunungan Kendeng Utara dan Kendeng Selatan,atau disekitar perbatasan provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur menurut peta sekarang.Menurut data yang lain, orang Samin tinggal menyebar di daerah Bojonegoro,Tuban,Blora,Rembang,Grobogan,Pati,dan Kudus.Mereka berdomisili tidak menggerombol, melainkan terpencar-pencar misalnya,tiap desa terdapat 5-6 keluarga, tetapi solidaritas sosialnya menyatu.Duatempat penting dalam keberadaaan masyarakat Samin sekarang adalah Desa Klopodhuwur diBlora dan Desa Tapelan di Kecamatan Ngraho,Bojonegoro yang memiliki jumlah terbanyak pengikut Samin.
            Masyarakat Samin memiliki tiga unsur gerakan saminisme,yaitu :gerakan yang mirip organisasi proletariat kuno yang menentang sistem feodalisme dan kolonial dengan kekuatan agraris terselubung,gerakan yang bersifat utopis tanpa perlawanan fisik yang mencolok,dan gerakan berdiam diri (dengan cara tidak membayar pajak,tidak menyumbangkan tenaganya untuk negeri,menjegal peraturan agraria dan pengejawantahan diri sendiri sebagai dewa suci).

Pokok ajaran Samin adalah sebagai berikut: 
>> Agama adalah senjata atau pegangan hidup.Paham Samin tidak membeda-bedakan
agama, oleh karena itu orang Samin tidak pernah mengingkari atau membenci agama.
Yang terpenting adalah tabiat dalam hidupnya.
>> Jangan mengganggu orang,jangan bertengkar,jangan suka iri hati dan jangan suka mengambil milik orang. 
>> Bersikap sabar dan jangan sombong. 

             hidup harus memahami kehidupannya sebab hidup adalah sama dengan roh dan hanya satu dibawa abadi selamanya.Menurut orang Samin,roh orang yang meninggal tidaklah meninggal,namun hanya menanggalkan pakaiannya.Bila berbicara harus bisa menjaga mulut,jujur dan saling menghormati.Berdagang bagi orang Samin dilarang karena dalam perdagangan ada unsur ketidakjujuran,serta tidak boleh menerima sumbangan dalam bentuk uang.

            Orang Samin memiliki rasa religi yang kuat sehingga sering kali membuat para
pendatang (tamu) merasa risih dan malu karena mereka sangat jujur,serta pemurah terhadap para tamu,Misalnya :seluruh makanan yang mereka simpan disajikan kepada tamunya dan tidak pernah memikirkan berapa harganya. Dalam pergaulan sehari-hari, baik dengan keluarganya,sesama pengikut ajaran,maupun dengan orang lain yang bukan pengikut Samin,orang Samin selalu beranjak pada ajaran turun- temurun dari pendahulunya,yaitu ono niro mergo ningsun,ono ningsun mergo niro (adanya saya karena kamu, adanya kamu karena saya).
            Ucapan itu menunjukkan bahwa orang Samin sesungguhnya memiliki solidaritas yang tinggi dan sangat menghargai eksistensi manusia sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial.Karena itu,orang Samin tidak mau menyakiti orang lain,tidak mau petil jumput (tidak mau mengambil barang orang lain yang bukan haknya),tetapi juga tidak mau dimalingi(haknya dicuri).Intinya,semua yang berawal baik,maka akan berakhir baik pula.
            Pandangan masyarakat Samin terhadap lingkungan sangat positif.Mereka memanfaatkan alam (misalnya mengambil kayu)secukupnya saja dan tidak pernah mengeksploitasi.Hal ini sesuai dengan pikiran masyarakat Samin yang cukup sederhana,tidak berlebihan,dan apa adanya.Tanah bagi mereka ibarat ibu sendiri,artinya tanah memberi penghidupan kepada mereka.Sebagai petani tradisional maka tanah mereka perlakukan sebaik-baiknya.Dalam pengolahan lahan(tumbuhan apa yang akan ditanam) mereka hanya berdasarkan musim saja yaitu penghujan dan kemarau.

            Pandangannya terhadap ekologi dan ekosistem tersebut dapat dijumpai pada ucapan mereka,yaitu : banyu podo ngombe,lemah podo duwe,godong podo gawe(air sama-sama diminum,tanah sama-sama punya, daun sama-sama dimanfaatkan). 
Ajaran inti masyarakat Samin adalah apa yang disebut mereka dengan agama Adam,
yaitu suatu agama yang terbentuk secara alamiah yang menekankan ajaran pada pemujaan
tertinggi kepada bumi dan penilaian tertinggi kepada peran para petani kepada masyarakat.