Biodata
Nama Lengkap
|
H. Mohammad
Hatta
|
Nama akrab
|
Bung Hatta
|
Tanggal lahir
|
12 Agustus 1902
|
Tempat lahir
|
Sumatera
Barat
|
Wafat
|
Jakarta, 14
Maret 1980
|
Istri
|
Rahmi Rachim
|
Pendidikan
|
Pendidikan
dasar Sekolah Melayu
|
Europeesche
Lagere School
|
|
MULO
|
|
Sekolah
Tinggi Dagang "Prins Hendrik School
|
|
Nederland
Handelshogeschool (universitas Erasmus)
|
|
Jabatan
Tertinggi
|
Wakil
Presiden pertama
|
Penghargaan
|
Pahlawan
Nasional
|
Bapak
Koperasi Indonesia
|
|
Doktor
Honoriscausa Fak Hukum Universitas Gadjah Mada
|
|
Proklamator
Indonesia
|
|
The Founding Father’s of Indonesia
|
|
Aktivitas
Organisasi
|
Jong
Sumatranen Bond
|
Perhimpunan
Hindia
|
|
Liga
Menentang Imperialisme
|
|
Club
Pendidikan Nasional Indonesia
|
|
Partai
Nasional Indonesia
|
Kiprah Perjuangan
Hatta merintis karier sebagai
aktivis organisasi sejak berusia 15 tahun sebagai bendahara Jong Sumatranen
Bond Cabang Padang. Kesadaran politiknya berkembang karena sering menghadiri
ceramah dan pertemuan politik. Salah seorang tokoh politik yang menjadi idola
Hatta ketika itu ialah Abdul Moeis. pengarang roman Salah Asuhan; aktivis
partai Sarekat Islam; anggota Volksraad; dan perintis majalah Hindia Sarekat,
koran Kaoem Moeda, Neratja, Hindia Baroe, serta Utusan Melayu dan Peroebahan.
Hatta mulai menetap di Belanda
sejak September 1921. Ia bergabung dalam Perhimpunan Hindia (Indische
Vereeniging). Saat itu, Indische Vereeniging telah berubah menjadi organisasi
pergerakan kemerdekaan. Sebelumnya, Indische Vereeniging yang berdiri pada 1908
tak lebih dari ajang pertemuan pelajar asal tanah air. Atmosfer pergerakan
mulai mewarnai Indische Vereeniging semenjak tibanya tiga tokoh Indische Partij
(Suwardi
Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto
Mangunkusumo). Di Indische Vereeniging, pergerakan putra Minangkabau
ini tak lagi tersekat oleh ikatan kedaerahan. Sebab Indische Vereeniging berisi
aktivis dari beragam latar belakang asal daerah. Lagipula, nama Indische sudah
mencerminkan kesatuan wilayah, yakni gugusan kepulauan di Nusantara yang secara
politis diikat oleh sistem kolonialisme belanda. Dari sanalah mereka semua
berasal.
Hatta mengawali karier
pergerakannya di Indische Vereeniging pada 1922, menjadi Bendahara. Penunjukkan
itu berlangsung pada 19 Februari 1922, ketika terjadi pergantian pengurus
Indische Vereeniging dari Ketua lama dr. Soetomo diganti oleh Hermen
Kartawisastra. Momentum suksesi kala itu punya arti penting bagi mereka di masa
mendatang, sebab ketika itulah mereka memutuskan untuk mengganti nama Indische
Vereeniging menjadi Indonesische Vereeniging dan kelanjutannya mengganti nama
Nederland Indie menjadi Indonesia. Sebuah pilihan nama bangsa yang sarat
bermuatan politik. Dalam forum itu pula, salah seorang anggota Indonesische
Vereeniging mengatakan bahwa dari sekarang kita mulai membangun Indonesia dan
meniadakan Hindia atau Nederland Indie.
Pada tahun 1927, Hatta bergabung dengan Liga Menentang Imperialisme dan Kolonialisme di Belanda, dan di sinilah ia bersahabat dengan nasionalis India, Jawaharlal Nehru. Aktivitasnya dalam organisasi ini menyebabkan Hatta ditangkap pemerintah Belanda. Hatta akhirnya dibebaskan, setelah melakukan pidato pembelaannya yang terkenal: Indonesia Free. Pada tahun 1932 Hatta kembali ke Indonesia dan bergabung dengan organisasi Club Pendidikan Nasional Indonesia yang bertujuan meningkatkan kesadaran politik rakyat Indonesia melalui proses pelatihan-pelatihan. Belanda kembali menangkap Hatta, bersama Soetan Sjahrir, ketua Club Pendidikan Nasional Indonesia pada bulan Februari 1934. Hatta diasingkan ke Digul dan kemudian ke Banda selama 6 tahun.
Pada tahun 1927, Hatta bergabung dengan Liga Menentang Imperialisme dan Kolonialisme di Belanda, dan di sinilah ia bersahabat dengan nasionalis India, Jawaharlal Nehru. Aktivitasnya dalam organisasi ini menyebabkan Hatta ditangkap pemerintah Belanda. Hatta akhirnya dibebaskan, setelah melakukan pidato pembelaannya yang terkenal: Indonesia Free. Pada tahun 1932 Hatta kembali ke Indonesia dan bergabung dengan organisasi Club Pendidikan Nasional Indonesia yang bertujuan meningkatkan kesadaran politik rakyat Indonesia melalui proses pelatihan-pelatihan. Belanda kembali menangkap Hatta, bersama Soetan Sjahrir, ketua Club Pendidikan Nasional Indonesia pada bulan Februari 1934. Hatta diasingkan ke Digul dan kemudian ke Banda selama 6 tahun.
Aktivitas di Partai Politik
Organisasi Indonesische Vereeniging
berkembang menjadi organisasi politik pada bulan Januari 1925 dengan nama
Perhimpunan Indonesia (PI). Dan dalam organisasi ini Bung Hatta bertindak
sebagai Pemimpinnya. Keterlibatan Bung Hatta dalam organisasi dan partai poltik
bukan hanya di luar negeri tapi sekembalinya dari Belanda beliau juga aktif di
PNI (Partai Nasional Indonesia) yang didirikan Soekarno tahun 1927. Dalam
organisasi PNI, Bung Hatta menitik beratkan kegiatannya dibidang pendidikan.
Beliau melihat bahwa melalui pendidikanlah rakyat akan mampu mencapai
kemerdekaan. Karena PNI dinilai sebagai partai yang radikal dan membahayakan
bagi kedudukan Belanda, maka banyak tekanan dan upaya untuk mengurangi
pengaruhnya pada rakyat. Hal ini dilihat dari propaganda dan profokasi PNI
tehadap penduduk untuk mengusakan kemerdekaan. Hingga akhirnya Bunga Karno di
tangkap dan demi keamanan organisasi ini membubarkan diri.
Tak lama setetah PNI (Partai Nasional Indonesia) bubar, berdirilah organisasi pengganti yang dinamanakan Partindo (Partai Indonesia). Mereka memiliki sifat organisasi yang radikal dan nyata-nyata menentang Belanda. Hal ini tak di senangi oleh Bung Hatta. Karena tak sependapat dengan Partindo beliau mendirikan PNI Pendidikan (Partai Nasional Indonesia Pendidikan) atau disebut juga PNI Baru. Organisasi ini didirikan di Yogyakarta bulan Agustus 1932, dan Bung Hatta diangkat sebagai pemimpinnya. Organisasi ini memperhatikan “ kemajuan pendidikan bagi rakyat Indonesia, menyiapkan dan menganjurkan rakyat dalam bidang kebathinan dan mengorganisasikannya sehingga bisa dijadakan suatu aksi rakyat dengan landasan demokrasi untuk kemerdekaan “.
Tak lama setetah PNI (Partai Nasional Indonesia) bubar, berdirilah organisasi pengganti yang dinamanakan Partindo (Partai Indonesia). Mereka memiliki sifat organisasi yang radikal dan nyata-nyata menentang Belanda. Hal ini tak di senangi oleh Bung Hatta. Karena tak sependapat dengan Partindo beliau mendirikan PNI Pendidikan (Partai Nasional Indonesia Pendidikan) atau disebut juga PNI Baru. Organisasi ini didirikan di Yogyakarta bulan Agustus 1932, dan Bung Hatta diangkat sebagai pemimpinnya. Organisasi ini memperhatikan “ kemajuan pendidikan bagi rakyat Indonesia, menyiapkan dan menganjurkan rakyat dalam bidang kebathinan dan mengorganisasikannya sehingga bisa dijadakan suatu aksi rakyat dengan landasan demokrasi untuk kemerdekaan “.
Organisasi ini berkembang dengan
pesat, sehingga pada kongres I di Bandung 1932 anggotanya baru 2000 orang dan
setahun kemudian telah memiliki 65 cabang di Indonesia. Organisasi ini mendapat
pengikut dari penduduk desa yang ingin mendapat dan mengenyam pendidikan. Di
PNI Pendidikan Bung Hatta bekerjasama dengan Syahrir yang merupakan teman
akrabnya sejak di Belanda. Hal ini makin memajukan organisasi ini di dunia
pendidikan Indonesia waktu itu. Kemajuan, kegiatan dan aksi dari PNI Pendidikan
dilihat Belanda sebagai ancaman baru tehadap kedudukan mereka sebagai penjajah
di Indonesia dan mereka pun mengeluarkan beberapa ketetapan ditahun 1933
diantaranya (1) Polisi diperintahkan bertindak keras terhadap rapat-rapat PNI
Pendidikan; (2) pegawai negeri dilarang menjadi anggota PNI Pendidikan; (3)
diadakan pelarangan rapat-rapat PNI Pendidikan di seluruh Indonesia.
Akhirnya ditahun 1934 Partai
Nasional Indonesia Pendidikan dinyatakan Pemerintahan Kolonial Belanda di
bubarkan dan dilarang keras bersama beberapa organisasi lain yang dianggap
membahayakan seperti : Partindo dan PSII. Ide-ide PNI Pendidikan yang
dituangkan dalam surat kabar ikut di hancurkan dan surat kabar yang menerbitkan
ikut di bredel. Namun secara keorganisasian, Hatta sebagai pemimpin tak mau
menyatakan organisasinya telah bubar. Ia tetap aktif dan berjuang untuk
kemajuan pendidikan Indonesia. Soekarno yang aktif di Partindo dibuang ke
Flores diikuti dengan pengasingan Hatta dan Syahrir. Walau para pemimpin di
asingkan namun para pengikut mereka tetap konsisten melanjutkan perjuangan
partai. PNI Pendidikan tetap memberikan kursus-kursus, pelatihan-pelatuhan baik
melalui tulisan maupun dengan kunjungan kerumah-rumah penduduk.
Dalam sidang masalah PNI
Pendidikan M.Hatta, Syahrir, Maskun, Burhanuddin ,Bondan dan Murwoto dinyatakan
bersalah dan dibuang ke Boven Digul (Papua). Demi harapan terciptanya
ketenangan di daerah jajahan. Walau telah mendapat hambatan yang begitu besar
namun perjuangan Hatta tak hanya sampai disitu, beliau terus berjuang dan salah
satu hasil perjuangan Hatta dan para pahlawan lain tersebut adalah kemerdekaan
yang telah kita raih dan kita rasakan sekarang.
wikipedia